Saat Menumpas Teroris
Mikhail Y Galuzin: Rusia Pernah Diisolasi
Kamis, 26 Oktober 2017 - 14:51:49 WIB
 
TERKAIT:
   
 

JAKARTA (DetakRiau.Com) Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y
Galuzin menanggapi secara kritis dan terbuka dalam merespon gejolak di
berbagai kawasan.

Langkah yang diambil Rusia, kedalam negeri, Rusia sedang meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi teroris ISIS. Walau Rusia punya pengalaman menumpas  teroris sejak tahun 1990 an. Bahkan pada tahun 2014 di Kiev muncul neo nazi  yang diciptakan Uni Eropa dan Amerika Serikat dengan CIA lewat menciptakan  demonstrasi menentang pemerintahan yang berkuasa di Kiev di  tahun 2013.

Dengan menggugat dua isu  menghapus bahasa Rusia dan melarang orang Rusia di Ukraina. Sedangkan kebijakan keluar negeri, Rusia menolak Catalan meski telah memenangkan referendum memisahkan diri dari Spanyol.

Ini dikatakan Mikhail Y Galuzin saat jadi pembicara  Ambasador Talks
yang digelar oleh Fraksi PKS DPR  di Jakarta Rabu (25/10/2017). Diskusi
dibuka oleh Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini yang baru kembali dari Saint
Petersburg setelah  mengikuti pertemuan parlemen dunia, IPU. di Rusia.

Rusia beruntung bahwa Presiden Putin punya pengalaman banyak saat menjadi intel  KGB  di era Uni Sovyet. Makanya Putin selalu tegas dalam mengambil tindakan dalam menghadapi teroris.

Mikhail secara sportif tak membantah serangan teroris ISIS sudah pernah  terjadi di Rusia. Cuma Rusia tak terkejut karena bibitnya sudah muncul sejak tahuan 1990 an. Yang dahulu oleh barat, teroris dianggap sebagai tentara pembebasan,  kritiknya. 

Padahal Putin sudah lama mengingatkan dunia dan barat. Akan bahaya terorisme dan pernah minta dunia internasional agar ikut membantu melawannya. Hasilnya malah Rusia yang di isolasi oleh barat dan Amerika Serikat, katanya sambil terheran heran.

Dia mencoba untuk meyakinkan Uni Eropa dan Amerika Serikat yang biasa menggunakan standar ganda dalam menghadapi terorisme. Bahwa untuk bisa menghadapi terorisme, dunia harus bersatu. Contohnya, hubungan Rusia dengan Asia Tenggara dalam hal ini posisi Rusia punya hubungan yang baik, termasuk dengan Indonesia.

Sementara perwakilan Uni Eropa minta pada Indonesia agar aktif mencegah uji coba nuklir Korea Utara. Termasuk menjaga stabilitas kawasan  dengan munculnya konflik di Marawi, Filipina, kata Rafael de Bustamante Tello dari seksi politik dan informasi perwakilan Uni Eropa di Indonesia.

Rusia, ujar Mikhail lebih lanjut, telah mengecam Korea Utara. Rusia mendukung sanksi oleh PBB, meski  AS selama ini diuntungkan punya pangkalan militer dikawasan ini. Dan sudah sering melakukan latihan perang di wilayah tersebut, jelasnya.

Terkait ihwal pemicu Korea Utara yang mau bertindak seperti  yang sekarang. Mikhail berdiplomasi ,  Korea Utara  melihat dari kejadian di Irak, Syria yang jadi korban sekutu AS.

Solusinya, katanya,  harus ada dialog denuklirisasi dengan meilbatkan Rusia, AS, Jepang dam Korea Utara guna untuk menciptakan kawasan yang damai.

Konflik yang pecah di Timur Tengah,  Afrika dan Myanmar telah menimbulkan arus pengungsi besar besaran yang menjadi persoalan dunia baru.

"Saya berharap Uni Eropa dan Rusia mau  menampung pengungsi demi kemanusian seperti yang telah dilakukan Indonesia pada  era pengungsi Vietnam, Afganistan dan sekarang Myanmar," kata Jazuli.

Bagi kami, terorisme atas nama apapun harus dijadikan musuh bersama, kita harus berantas bersama sama. Agama apapun tidak mengajarkan terorisme, tegasnya.

Jika apabila munculnya terorisme karena disebabkan oleh ketidakadilan global, akarnya yang harus dicari, papar  Jazuli.  (Erwin Kurai)

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -