Mengapa Belanda Ingkar Janji, Anak Perdana Menteri RMS Sampai Jualan Kopi Kaki Lima di Surabaya
JAKARTA(DetakRiau.com) Suhu Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur, pada tanggal 10 November 2017 berkisar 39 derajat celsius.
Hand Phone android merk Samsung milik perempuan berjilbab hitam yang memeluk kepalanya menunjukkan indikator yang sama. Sehari sebelumnya suhu panas di kota Surabaya bertengger pada suhu 36 derajat celsius terpasang di papan indikator suhu udara di Jalan Wonokromo, Surabaya.
Malam harinya, tanggal 9 November 2017. Gubenur Propinsi Jawa Timur menggelar panggung pertunjukan pertempuran 10 November 1945 yang kini dikenal sebagai Hari Pahlawan di Jalanan Tugu Pahlawan yang di apit oleh Plaza Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Timur.
Yang dalam tarikh babad pertempuran puncaknya ditandai dengan tewasnya Mayor Jenderal Malaby pimpinan tentara Inggris di Jembatan Merah. Penembaknya adalah Joop Warouw sniper alumni KNIL dari Cimahi, Bandung, Propinsi Jawa Barat. Yang tergabung dalam laskar rakyat pimpinan Chaerul Saleh dari Pemuda Menteng 31 Jakarta. Posisi militer terakhir Joop Warouw sebagai atase pertahanan Indonesia di Republik Rakyat China, RRC. Alex Kawilarang di Amerika Serikat dan Dahlan Jambek di Inggris dengan Dubesnya Subandrio.
Latkol Joop Warouw di eksekusi TNI kemudian dalam sebuah operasi penumpasan pemberontakan Permesta di Sulawesi.
Dimasa revolusi Joop Warouw sempat mengawal Tan Malaka di tahun 1948 jelang di tembak mati oleh TNI di Selopangung, Kediri, pada bulan Pebruari tahun 1949.
Joop sendiri berhasil meloloskan diri setelah berpisah dari rombongan inti bersama Sabarudin Nasution veteran perang 10 November 1945 di Surabaya, yang kelahiran Aceh dan bergabung dengan Laskar Sidoarjo.
Sampai hingga tahun 1990 an rumah tempat tinggal Jenderal Malaby yang juga jadi markas militer Sekutu di Jalan Jakarta, Surabaya Utara dekat Markas Angkatan Laut di Moro Krembangan, Tanjung Perak.
Masih tampak berdiri kokoh dengan warna hijau tentara angkatan darat. Yang salah satu pavilyunnya sempat dijadi kan tempat praktek dokter umum sampai hingga tahun 1990 an oleh dokter didikan era Belanda.
Sekarang rumah bersejarah itu telah berubah fungsi dan dibongkar menjadi rumah toko. Kembali, salah satu tempat bersejarah hilang dari Kota Surabaya. Dikalahkan oleh buasnya pendapatan asli daerah, PAD, Kota Surabaya dan tingginya Pajak Bumi dan Bangunan yang semakin mahal.
*****
Pemilik android merk Samsung yang digenggam wanita berjilbab hitam dengan potongan jilbab yang sederhana. Sambil lalu kemudian lalu mengenalkan dirinya, "Saya Jenni. Saya Islam. Nama saya Jenni Semokil lengkapnya", ujarnya dengan penuh semangat berapi api dan tegar ala gaya perempuan Jawa Timuran.
Wanita paruh baya itu kemudian menambahkan, "Papy saya Semokil. Orang lain mengatakan Papy saya dibunuh. Padahal Papy saya sebelumnya sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Simpang, di Kota Surabaya", katanya.
Rumah Sakit Simpang sekarang juga telah dibongkar untuk penggunaan lain. Padahal di Rumah Sakit Simpang, Soekarno pernah merenovasi gedung itu dengan membuat tangga setengah lingkaran berputar untuk yang pertama kali di Surabaya, untuk menuju ke lantai dua.
Jenni melanjutkan," Saya tidak pernah tau bahwa Papy pernah menjadi Perdana Menteri RMS yang jabatannya sejajar dengan Presiden," ujarnya sambil menyeka keringat yang mengucur dari wajahnya.
Sesudah saya besar dan Papy telah tiada. Saudara saudara saya yang ada di Maluku menjelaskan kepada saya, "Papy meninggal karena sakit. Apabila didalam sejarah kemudian ditulis Papy meninggal karena dieksekusi oleh TNI di era Presiden Soekarno. Saya masih percaya, Papy saya meninggal karena sakit", ujar Jenni dengan nada dingin dengan tanpa meneteskan air mata.
Yang jelas dimasa masa kecilku dahulu. Saya selalu berada didalam pelukan dada dan tangan ibuku yang selalu menyayikan lagu berbahasa Belanda untuk mengantarkan aku tidur malam.
Sedang Papyku selalu mengusap kepalaku dengan penuh kasih sayang sambil mengatakan, kalau besar nanti kamu (Saya-red) akan di sekolahkan ke negeri Belanda oleh Papy. Papy memang bergelar Sarjana Hukum lulusan Belanda, kata Jenni yang sudah mulai terbuka.
Di Belanda, kata Papy lagi, banyak teman teman Papy yang mau membantuku untuk mencapai
cita cita ku. Tetapi cita cita itu tidak pernah kesampaian hingga sekarang, dan saya
tak pernah bertemu lagi dengan Papy kembali.
Semasa Papy masih hidup bersama kami, saya sempat sekolah agama Kristen sebelum pindah ke sekolah rakyat. Disekolah rakyat itulah, saya mendapat ilmu baru yakni bahasa Suroboyoan atau Jawa Ngoko. Yang berguna dikemudian hari untuk menyambung ekonom kami sekarang.
Awalnya Papy di jemput pulang agar kembali ke Maluku pada saat saya masih Sekolah Dasar di Surabaya.
"Saya, Jenni adalah anak perempuan Semokil. Nama lengkapku Jenni Chatarina Semokil dan kakak kandungku Stevanus Semokil", urainya
Dimasa hidupnya, Papy menikah sebanyak dua kali. Isteri pertamanya adalah wanita berdarah Belanda. Dari perkawinan beliau diperoleh satu anak perempuan yang ber nama: Yolanda.
Yolanda kakak kami bertempat tinggal di Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat. Setelah itu, diantara kami tak pernah bertemu lagi hingga sampai sekarang. "Saya tidak tau Yolanda sekarang bertempat tinggal dimana", kata Jenni dengan tatap mata yang jauh.
Papy berdarah Portugis dan ibunya asli dari Pulau Seram, orang Ambon. Saya sendiri anak dari istri kedua Semokil yang berasal dari Kertosono, Jawa Timur. Ibuku orang Jawa. Tapi diberi nama Belanda oleh Papy. Nama ibuku Tienneke meninggal dalam usia 98 tahun. Rumah kami terakhir terletak di Jalan Gunung Sari, Kota Surabaya.
Ibuku cuma meninggalkan warisan obat tradisional yang dapat diminum setiap hari yang berasal dari racikan air jeruk kuning. Yang bisa diminum dan diseduh setelah di dinginkan ditempat pendingin dalam tempo selang satu hari. Saya tidak pernah sakit berat karena sering minum air jeruk alami, papar Jenni sambil berpromosi berobat gratis
Rumah kami di Surabaya tentu saja ukurannya cukup besar. Awalnya Papy hidup damai dan tenang serta mendapat pensiun dari negara yang lumayan jumlahnya untuk ukuran saat itu, kata Jenni.
Sementara itu dalam versi under cover. Semokil di jemput di Surabaya. Tapi Semokil tidak tau akan dibawa kemana. Disebut sebut Perdana Menteri RMS ini mau berunding. Tetapi sesampai di Jakarta malah tak di rehabilitasi dan tidak diberi amnesti oleh Soekarno. Semokil di eksekusi dan di tembak mati di Tanjung Priok, Jakarta, tanpa lewat peradilan. Kejadian ini sampai sekarang masih tergolong dark number atau misterius.
****
Didalam mengarungi kehidupan sehari hari untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang dilakoni dari sejak kecil bersama dengan ibunya. Jenni memilih berjualan kaki lima dengan menjual asesoris ringan dari mulai kipas tangan sampai kartu isi ulang, diatas Kereta Api. Setiap hari Jenni naik turun Kareta Api Jurusan Surabaya - Jogjakarta.
"Lumayan dalam selang tempo 8 Jam dari semenjak berangkat di pagi hari. Saya bisa mengantongi uang hasil jualan sampai Rp 500.000 per hari. Tetapi semenjak pedagang asongan dilarang berjualan di Kereta Api oleh Ignatius Jonan saat menjadi Direktur PT Kereta Api Indonesia, PT KAI. Yang dilanjutkan dengan saat menjadi Menteri Perhubungan. Pendapatan saya turun cuma hanya Rp 300.000 per hari setelah kami dilarang berjualan didalam Kereta Api Indonesia jurusan Surabaya - Jogjakarta", ungkapnya.
"Tak apa apa, namanya juga mencari rezeki. Sehari harinya, saya begini ini. Saya jualannya, sekarang, hanya di halaman Stasiun Kereta Api di Surabaya. Kalau punya rezeki berlebih saya langsung membagi rezeki dengan petugas kebersihan di stasiun. Saya kasihan saja, namanya juga sama sama manusia", kata Jenni jelang siap siap menutup usaha dagangnya di sore hari itu.
Ditengah tengah tengah melayani pembeli makanan sarapan pagi, gorengan, kopi instan di pelataran Stasiun Kereta Api. Jenni terkadang jadi "bos" tempat tukar menukar uang recehan atau uang besar antar sesama rekan pedagang guna memperlancar transaksi dagang, sambil menghitung rugi laba untuk kulakan esoknya.
"Kebanyakan uang saya adalah uang recehan yang sudah lusuh Rp 2.000. Uang hasil jualan selama setengah hari tadi" , katanya.
Begitu tiba waktu mengemas barang dagangan yang terdiri dari dua bungkusan besar dan kecil. Sudah jamak ini merupakan pertanda bahwa Jenni sedang bersiap siap akan pulang kerumah.
Sejurus dengan itu Jenni langsung mengemas 2 bungkusan besar miliknya. Untuk kemudian diletakkan di tepi pinggir jalan, agar mudah dijangkau dari seberang tempat parkir motor gratis.
Maklum di sisi kiri dan kanan stasiun kereta api pada saat sekarang ini, dilarang untuk dijadikan tempat parkir kendaraan bermotor dengan cara cara sembarangan.
Untuk itulah, Jenni dituntut harus pintar pintar untuk bisa menembus pembatas pagar sekalian mengambil motor maticnya yang diparkir di seberang jalan di dekat stasiun di Kota Surabaya.
Setelah mengemas dan membawa barang dagangan yang belum laku untuk dibawa kembali pulang ke rumah tempat tinggalnya yang jauh.
Jenni lalu menghilang setelah tancap gas ditengah Kota Surabya yang panas dan penuh polusi karbon asam dari fosil.
Anak Pajoang tetap Pejoang yang penting halal.Erwin Kurai