JAKARTA (DetakRiau.com) Politik identitas yang sempat memanas pada
pemilihan Gubenur DKI Jakarta pada bulan lalu, dihembuskan akan migrasi
ke Jawa Barat yang akan menggelar pemilihan Gubenur langsung pada tahun
2018 mendatang.
Isu tersebut jadi pembicaraan banyak kalangan di Jawa Barat yang berharap politik identitas tidak muncul lagi dalam pilkada serentak gelombang ke II.
Arief Suditomo anggota DPR RI dari Dapil Kota Bandung dan Kota Cimahi mengatakan, politik identitas di Jakarta diperlancar oleh sosial media dengan menggunakan tekonolgi informasi dan android.
Politik identitas bisa akan lebih mengeras lagi kalau dihembuskan kembali oleh pihak pihak yang menggunakan politik identitas untuk memenangkan pilkada.
Namun berdasarkan pengalaman saya sendiri, yang sudah turun kebawah untuk menemui konstituen saya. Saya optimis, pemilih saya tidak terpengaruh dengan politik identitas.
Masarakat kita sebenarnya mau mendengar bahwa pilkada adalah memilih orang yang mau mengabdi di Jawa Barat.
Hadirnya teknologi informasi yang dimanfaatakan oleh administrator untuk memanaskan politik identitas harus kita luruskan kembali, dengan melakukan pencerahan kepada pemilih, ujar Arief.
Otong Abdurahman mantan anggota DPR dari Fraksi PKB yang kini menjadi anggota Lembaga Pengkajian MPR RI mengatakan, masarakat Jawa Barat relatif homogen. Politik identitas sulit untuk bisa diterima oleh masarakat Jabar kecuali calonnya terpolarisai seperti di pilgub Jakarta. Bahkan calon kepala daerah yang diusung oleh partai sekuler bisa memimpin dan terpilih asalkan beragama dan beribadahnya rajin, ujar Otong Abdurahman kepada pers di Jakarta Rabu (29/11/2017).
Faktor lainnya yang masih berpengaruh kuat di Jawa Barat adalah posisi pemimpin informal yang menjadi panutan masarakat di Jabar, yakni ajengan atau kyai, tokoh masarakat dan tokoh adat yang masih dihormati. Sebaliknya di Jakarta masarakatnya terbelah sehingga mudah di politisir oleh elite.
Masarakat Jabar justru di era keterbukaan sebenarnya sudah semakin pintar. Jika ingin dipilih, yang diperkuat oleh parpol adalah dengan mengajukan gagasan dan program untuk memajukan Jawa Barat oleh tim sukses dan oleh calon kepala daerahnya sendiri.
Bisa saja nanti elite parpol tertentu akan menggeser pilkada ke dalam politik identitas. Tapi warga Jawa Barat akan tetap terbuka dan tetap selektif dalam menentukan pilihannya, kata Otong.
Sementara itu posisi Puti Soekarno diperkirakan kemungkinan besar akan diusung PDI P dalam pilgub mendatang. Hanya sampai sekarang PDI P belum memutuskan siapa yang akan menjadi cawagubnya.
Dede Yusuf yang sempat disebut sebut sebelumnya sebagai cawagub yang akan berpasangan dengan Puti, mengatakan saya sudah pernah menjadi Wakil Gubenur, saya selama ini tidak memasang baliho untuk mencalonkan diri menjadi calon gubenur, kata Dede diplomatis. Erwin Kurai.