Dirikan Program Vokasi Diploma 3 Bdang Pulp & Kertas
Tanoto Foundation Bekerjasama RAPP Gandeng Unri
Senin, 22 Januari 2018 - 00:19:12 WIB
 
TERKAIT:
   
 

Pangkalan Kerinci (DetakRiau.Com) - Untuk mendukung peningkatan daya saing SDM Indonesia, Tanoto Foundation, bekerjasama dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menggandeng Universitas Riau mendirikan Program Vokasi tingkat Diploma 3 bidang Pulp & Kertas. 

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Tanoto Foundation, PT RAPP dan Universitas Riau dilaksanakan, Minggu (21/01/2018) oleh Presiden Direktur PT RAPP, Ketua Pengurus Tanoto Foundation dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Riau Dr. Ari Sandhyavitri dengan disaksikan oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Ir Airlangga Hartarto MBA MMT, Gubernur Riau Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA, Rektor Universitas Riau Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA dan anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation Anderson Tanoto. 

Ketua Pengurus Tanoto Foundation,  Sihol Aritonang menjelaskan, dukungan ini juga sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi pendidikan vokasional untuk meningkatkan daya saing SDM Indonesia. 

“Tanoto Foundation fokus pada sektor pendidikan. Karena kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci  dalam upaya membangun masa depan Indonesia yang lebih baik," sebut Sihol  pada acara “Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Riau dengan Tanoto Foundation/PT. Riau Andalan Pulp & Paper (PT. RAPP) dan Program Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”, di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (21/01/2018).

Hadir pada acara tersebut yakni Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman beserta jajaran, Kapolda Riau Irjen (Pol) Drs Nandang MH, Danrem 031 Wirabima Brigjen (TNI) Edy Natar Nasution, Bupati Pelalawan HM Harris beserta jajarannya, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Direktur Jenderal Industri Agro dan Direksi PT RAPP.

Dukungan terhadap pendirian 
program Vokasi tingkat Diploma 3 bidang Pulp & Kertas di Universitas Riau, sebut Sihol, juga sebagai wujud 
komitmen Tanoto Foundation memperkuat korelasi antara kompetensi yang dibangun dunia pendidikan dengan ekspektasi dunia industri demi mendorong peningkatan peluang kerja yang luas.

"Dalam kerja sama ini, Tanoto Foundation dan PT RAPP akan mendukung pengembangan Universitas Riau sebagai center of excellence dalam membangun kompeteni sumber daya manusia yang cakap di industri pulp dan kertas. Dukungan mencakup pengembangan software dan hardware," terang Sihol.

Dalam hal software, beber Sihol, dukungan akan diberikan dalam bentuk pelatihan, penelitian, beasiswa dan kuliah tamu (guest lecturing). Dalam hal hardware, dukungan akan diberikan dalam bentuk pembangunan gedung perkuliahan yang mencakup ruang kelas, laboratorium lengkap, dan fasilitas pendukung lainnya di lahan 
seluas 4.300 meter persegi milik Universitas Riau. Nilai investasi keseluruhan dalam dukungan ini 
mencapai Rp24,8 miliar. 

"Universitas Riau berlokasi di propinsi Riau, yang juga menjadi rumah PT RAPP, salah satu industri pulp dan kertas terbesar di Indonesia. “Pengembangan Universitas Riau sebagai center of excellence yang mendukung pengembangan human capital untuk industri pulp dan kertas akan berkontribusi pada upaya nasional membangun masa depan yang lebih baik," beber Sihol seraya mengatakan, program Vokasi Pulp & Kertas ini direncanakan akan memulai kegiatan akademik pertamanya pada 
2018. 

"Menurut laporan Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2017, 
Indonesia menempati peringkat ke-90 dari 118 negara di kawasan Asia Pasifik dalam hal daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). GTCI adalah laporan tahunan yang diukur berdasarkan kemampuan suatu negara dalam bersaing mencetak bakat dan kemampuan SDM. Dibanding dengan negara ASEAN, Indonesia tertinggal dari Singapura dan Malaysia yang masing-masing duduk di peringkat ke 2 dan 28," papar Sihol.

Pada kesempatan itu, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Ir Airlangga Hartarto MBA MMT mengatakan, program vokasi sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Yakni dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. 

"Saya menyampaikan apresiasi  kepada Tanoto Foundation/PT. RAPP yang telah mendukung upaya penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri yang kompeten dengan melibatkan Perguruan Tinggi dan SMK di Riau untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Riau. Tentunya ini dalam pengembangan potensi sumber daya industri di wilayah Riau," ujar Airlangga.

Menurut Airlangga, hal ini selaras dengan Program Pendidikan Vokasi Industri dan kebijakan Link and Match SDM industri yang sedang gencar-gencarnya didorong oleh Pemerintah. Dengan harapan, perkembangan industri di Riau, kebutuhan SDM-nya sebagian besar dapat dipenuhi dari tenaga kerja lokal.

Pada kesempatan itu, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Ir Airlangga Hartarto MBA MMT mengatakan, program vokasi sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Yskni dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. 

"Saya menyampaikan apresiasi  kepada Tanoto Foundation/PT. RAPP yang telah mendukung upaya penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri yang kompeten dengan melibatkan Perguruan Tinggi dan SMK di Riau untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Riau. Tentunya ini dalam pengembangan potensi sumber daya industri di wilayah Riau," ujar Airlangga.

Menurut Airlangga, hal ini selaras dengan Program Pendidikan Vokasi Industri dan kebijakan Link and Match SDM industri yang sedang gencar-gencarnya didorong oleh Pemerintah. Dengan harapan, perkembangan industri di Riau, kebutuhan SDM-nya sebagian besar dapat dipenuhi dari tenaga kerja lokal.

Airlangga mengatakan, industri pulp dan kertas memiliki arti yang penting bagi perekonomian nasional dan telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai salah satu industri prioritas melalui Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional. Hal ini sangatlah tepat karena  Indonesia memiliki keunggulan komparatif terutama terkait bahan baku (produktivitas tanaman yang jauh lebih tinggi dibandingkan Negara-negara pesaing yang beriklim Sub Tropis). Pemasok pulp dan kertas dunia yang selama ini didominasi oleh Negara-negara NORSCAN (North America dan Scandinavia) menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun, bergeser ke Asia (terutama Indonesia dan Negara-negara di Asia Timur) serta Negara-negara Amerika Latin seperti Chilli, Brazil, dan Uruguay. 

"Posisi industri pulp dan kertas Indonesia di dunia internasional cukup terkemuka, dimana industri pulp menempati peringkat ke-10 dan industri kertas peringkat ke-6, sementara di Asia menempati peringkat ke 3 untuk industri pulp maupun kertas," ungkap Airlangga.

Sementara itu, dilihat dari peranannya dalam perekonomian nasional, antara lain dapat dilihat dari kontribusinya dalam ekspor yang mencapai US$ 5,1 Milyar (2016). Berdasarkan data sampai dengan kuartal III 2017, ekspor pulp dan kertas meningkat 18,05% dibandingkan periode waktu yang sama tahun 2016. Disamping itu, kontribusi industri pulp dan kertas terhadap pembentukan PDB pada tahun 2017 sebesar 0,71% (data sampai triwulan III).

"PT RAPP merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terbesar nasional dengan kapasitas produksi 2,8 juta ton pulp dan 820 ribu ton kertas yang memiliki standar internasional dan mampu bersaing di kancah global. Karena itu, saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada PT RAPP atas inovasi dan diversifikasi produk dissolving pulp dari kayu acasia melalui proyek PT Sateri Viscose International (yang telah berganti nama dengan PT Asia Pasific Rayon) dengan kapasitas terpasang 350.000 ton/tahun dan dengan nilai investasi sebesar Rp. 15 Trilyun atau US$ 1,13 miliar," beber Airlangga.

Proyek ini, sebut Menperin, memiliki arti strategis, karena akan memperkuat struktur industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional, dapat menghemat devisa sekitar US$ 304 juta (asumsi harga dissolving pulp 2016). Saat ini di Indonesia terdapat 3 pabrik rayon, dengan total kapasitas nasional terpasang sebesar 565.000 ton/tahun, yang bahan bakunya semuanya masih dipenuhi dari impor. Perkembangan impor dissolving pulp dari tahun 2009 s/d 2016 meningkat cukup tajam dari 204.197 ton (senilai US$ 160,5 juta) meningkat menjadi 488.625 ton (senilai US$ 422,69 juta).

Disamping itu, diversifikasi produk dissolving pulp ini juga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pulp untuk kertas, dengan perbedaan  harga berkisar US$ 100 s/d 300 per tonnya. 

"Statistika perkembangan industri pulp dan kertas dalam 5 tahun terakhir cukup baik. Jumlah perusahaan meningkat dari 79 unit usaha pada tahun 2012 menjadi 84 unit usaha pada tahun 2017. Pada periode 2012 sampai 2017,  kapasitas terpasang industri pulp meningkat dari 7,1 juta ton/tahun menjadi 11,1 juta ton/tahun, sedangkan kapasitas terpasang industri kertas meningkat dari 12,1 juta ton/tahun menjadi 16 juta  ton/tahun," ungkap Menperin.

Peluang pengembangan industri pulp dan kertas juga masih cukup terbuka. Saat ini kebutuhan kertas dunia sekitar 394 juta ton, diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada tahun 2020 atau dengan perkiraan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,1 % per tahun. Selain itu, peluang pasar industri kertas dan percetakan serta kemasan dalam negeri terbuka untuk ditingkatkan dengan pertimbangan konsumsi kertas per kapita di Indonesia masih sangat rendah yaitu sekitar 32,6 kg, dengan jumlah penduduk yang cukup besar, serta perkembangan ekonomi yang cukup baik akan membutuhkan produk-produk tersebut.

Namun demikian, tidak sedikit permasalahan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang berpotensi menghambat perkembangan bahkan dapat mengancam keberlangsungan usaha industri pulp dan kertas nasional. Antara lain Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2014 Jo.   PP 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut yang berpotensi mengurangi jumlah luasan lahan HTI sebagai sumber bahan baku industri pulp.

"Hambatan perdagangan internasional seperti tuduhan dumping/subsidi untuk produk coated paper dan uncoated paper dari Amerika Serikat dan produk A4 copy paper dari Australia yang masih dalam proses negosiasi di WTO. Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) yang sangat tinggi menyebabkan produk kertas Indonesia tidak bisa masuk ke pasar Amerika Serikat dan Australia. Tuduhan dumping/subsidi juga dikhawatirkan akan ditiru oleh negara kompetitor lainnya yang akan mengancam ekspor produk pulp dan kertas Indonesia.
Hal ini merupakan PR bagi seluruh parapihak terkait dari Asosiasi (APKI), pelaku usaha dan Pemerintah serta komponen bangsa lainnya untuk menyikapi dan mencari jalan keluar yang paling tepat agar potensi sumber daya alam yang tersedia dapat diproses menjadi produk-produk bernilai tambah tinggi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup. Harus ada keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan ekologi," ulas Menperin.

Airlangga berharap  kerjasama antara Universitas Riau dengan Tanoto Foundation/PT. RAPP dan Program Pemberdayaan SMK dapat berjalan dengan baik dan menjadi sebuah langkah bagi PT. RAPP untuk menjadi lebih sukses serta memberikan kontribusi maksimal dalam peningkatan sosial ekonomi Nasional pada umumnya dan Provinsi Riau pada khususnya.(rls/ron)

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -