JAKARTA(DetakRiau.com) Ditengah hiruk pikuk peringatan Hari Buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei 2018 lalu, yang dikenal dengan istilah May Day yang merubah gerakan buruh radikal menjadi gerakan buruh normatif.
Sebaliknya disini malah melahirkan polarisasi semakin tajam antara gerakan buruh yang murni dan gerakan buruh pragmatis demi transaksi politik dengan salah satu calon presiden Prabowo Soebianto.
Sementara gerakan buruh individual telah melahirkan Milyarder yang merubah gerakan otot dan massa ke gerakan otak dan kapital.
Oesman Sapta Odang adalah termasuk salah satu dari bekas buruh individual yang bekas kuli panggul karet mentah di Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat pada usia 19 tahun. Yang kini dalam usia 70 tahun telah menjadi Milyarder termasuk 40 orang terkaya di Indonesia.
Sekaligus dipercaya menjabat di tiga jabatan posisi penting sebagai pejabat tinggi negara, yakni, Ketua Dewan Perwakilan Dearah,DPD RI, Wakil Ketua MPR RI dan Ketua Umum Partai Hanura.
Posisi tiga rangkap jabatan penting ini tercatat adalah yang pertama kalinya sepanjang sejarah yang bisa direbut oleh bekas buruh kuli panggul karet itu.
***
"Saya sebenarnya pernah jualan rokoh sebelumnya, dari mulai rokok merk Gudang Garam, Jie Sam Soe, Grendel, Djarum, Bentoel, Kansas, Comodore, Ardath sampai 555".
"Semua rokok berasal dari Jawa sampai rokok impor. Tetapi usaha saya bangkrut sebab pembeli rokok saya yang kebanyakan buruh lepas di Pelabuhan Pontianak dengan gaji yang tidak menentu. Saat tiba ditagih hutangnya, malah lebih galakan si penghutang. Bahkan pipi saya sampai sempat ditampar oleh salah satu penghutang" , kata OSO dihadapan 350 Organisasi Kepemudaan dan Pemuda, OKP. Yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia, KNPI di Jakarta, Kamis (3/5/2018) kemarin.
Pemuda sekarang punya kesempatan yang sama untuk maju secara ekonomi. Pemuda harus bersatu seperti pemuda tahun 1945 yang mempelopori Kemerdekaan Indonesia, jelasnya.
Masalah pemuda harus bisa diselesaikan oleh pemuda sendiri. Pemuda Indonesia sebenarnya pintar pintar sebagai bekal pemimpin masa depan.
Makanya, pemuda harus mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi pemuda. Pemuda jangan mau dipecah belah. Belajarlah pada pemuda tahun 1945 yang bersatu saat mendirikan negara ini. ujar tokoh asal Kalimantan Barat yang berdarah Minangkabau.
Terkait dengan masuknya tenaga kerja asing sebagai buruh kasar atau non skill. Ikhsan anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar mengatakan, Partai Golkar menolak pembentukan Pansus Tenaga Kerja Asing. Golkar setuju dengan pembentukan satgas pengawasan tenaga kerja asing dengan melibatkan Badan Intelijen Negara karena pengawasan TKA selama ini termasuk masih lemah, katanya.
Sementara itu pengusul Pansus TKA Fadli Zon beralasan Pansus TKA adalah bagian dari pengawasan untuk memeriksa banyaknya TKA non skill yang masuk. Sebaliknya untuk TKA Turn Key Project tidak ada masalah, tegasnya. Erwin Kurai