Pembentukan anak dan cucu BUMN yang berhasil dikendalikan berkat Politic Will Presiden Joko Widodo. Sebaiknya di ikuti dengan memberi kesempatan membuka usaha bagi pebisnis pemula.
Dengan cara memberikan perlindungan dalam arti diberi kemudahan yang sama dalam berusaha. Sebab swasta besar sekarang telah jadi kartel di pasar.
Bendahara HIPMI Eka Sastra dan Gede Sumarjaya Linggih mantan pengurus HIPMI mengatakan secara terpisah di Jakarta rabu (6/6/2018).
Walau meski anggota HIPMI sekarang ini kebanyakan masih pedagang, ungkap Eka, kami tetap masih membutuhkan kemudahan usaha seperti perizinan, tax holiday dan akses pembiayaan dengan bunga rendah. Seperti yang pernah dinikmati pengusaha besar sekarang yang dulu juga berangkat dari usaha kecil.
"Artinya pemerintah sebaiknya hadir kalau ingin swasta berkembang, agar bisa membuka kesempatan lapangan kerja baru", tegasnya.
Dengan telah dibahasnya RUU Kewirausahaan yang sedang dibahas oleh DPR. Diharapkan akan merumuskan kesempatan usaha yang setara. Apabila sekarang BUMN masih mendominasi, strukturnya kedepan diharapkan akan segera berubah, ujar Sumarjaya.
Ia mencontohkan keberhasilan start up Amerika Serikat yang bangkit kembali setelah produk impor asal Tiongkok diatur kena pajak 40 persen, tambahnya.
Sesudah setelah sinergitas BUMN dengan swasta dihidupkan kembali oleh Jokowi. Sebaiknya perselingkuhan cucu dan cicit BUMN karena kepentingan elitnya untuk transfer profit, sebaiknya diakhiri.
"Saya jadi nggak enak sebenarnya ngomong ini", ungkap Sumarjaya pengusaha asal Bali.
Kedepannya kami berharap agar karpet merah investasi yang akan diberikan kepada swasta agar memberi peluang juga kepada pengusaha kecil untuk berkembang secara berkualitas dan bersama sama.
Dengan demikian maka ketimpangan ekonomi dimana 1 persen orang kaya menikmati 50 persen GNP bisa teratasi dengan pemarataan berusaha, kata Sumarjaya yang biasa dipanggil Demer. Erwin Kurai.