Arsitek Dibalik Asian Games II, Prijono Menteri Pendidikan dari Partai Murba Yang Dilupakan
Kamis, 23 Agustus 2018 - 17:29:44 WIB
 

TERKAIT:
   
 

JAKARTA (DetakRiau.com) Tahun 1962 Indonesia menjadi tuan rumah Asian
Games yang prosesnya dimulai dari bawah. Baik sarana dan atlitnya
semuanya dimulai dari nol besar.

Tapi hasilnya dalam lomba olahraga antar bangsa Asia   tidak mengecewakan, Indonesia meraih emas ke 2 sebagai tuan rumah setelah China.

Sukses stori  dibalik sukses tuan rumah tadi adalah berkat tangan dingin Prijono Menteri Pendidikan dari Partai Murba. Posisi Prijono saat itu Menteri Pendidikan merangkap sebagai penyelenggara Asian Games ke 2 yang  dibuka oleh Presiden Soekarno dimana sistim politik saat itu menentang liberalisme beda dengan Asian Games 18 di Jakarta yang kental dengan pelibatan liberalisme yang ditandai dengan pengusaha sebagai penyelenggara.

Prijono lulusan Belanda keturunan raja Jogjakarta dari wangsa Pangeran Diponegero. Satu satunya  putra almarhum adalah  Ami Prijono dikenal sebagai sutradara film zaman orde baru alumni Moskwa bersama Sjumanjaya, yang dikirim oleh Prijono saat Adam Malik menjadi Duta Besar di Uni Sovyet.

Adapun keberhasilan Adam Malik saat menjadi Dubes di Moskwa adalah mencari bantuan militer dari Uni Sovyet
untuk merebut kembali Irian Barat. Misi kedua, menarik Soviet untuk membangan infrastruktur Asian Games 2.

Yang hasilnya dikenang sampai sekarang adalah stadion Gelora Bung Karno yang dibangun oleh ahli konstruksi
asal Uni Soviet.

Pada saat orde baru berkuasa, Prijono dimasukkan kedalam bui oleh Suharto. Sementara Adam Malik naik posisi
menjadi Menteri Luar Negeri.

Sebabnya, karena  Prijono dan Ketua MPR Chaerul Saleh sangat setia dengan Presiden Soekarno yang dikenalinya saat persiapan perumusan Pancasila dan UUD 1945 di BPUPK Indonesia pada tahun 1945.

Diantara dua ahli ilmu Jawa saat itu. Muhammad Yamin mengusulkan Panca Dharma sebagai azaz negara. Sementara Prijono lulusan Leiden, mengusulkan Pancasila kepada Presiden Soekarno. Yang sekarang ini menjadi azas dan dasar negara.

Prijono telah sudah lama namanya hilang tak disebut sebut lagi dari sejak lama. Bahkan prestasinya dalam membangun olahraga sejak mulai dari sekolah, sudah ikut dilupakan dengan kebijakan baru yang lebih liberal. 

Jangan heran jika dalam perolehan medali emas dalam Asian Games 18, kita masih terseok seok untuk merebut  medali emas di peringkat 2 kembali. Prijono tidak bisa bangkit kembali karena sudah lama tiada pada tahun 1969. Prijono dimakamkan di pemakaman pribadi di Jakarta Selatan bersama putra tunggalnya Ami Prijono . Erwin Kurai 

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -