Beredar Buku Hitam FPI Habib Rizieq di DPR
Jumat, 12 Oktober 2018 - 13:59:44 WIB
 
Aksi Massa atau Massa Aksi
TERKAIT:
   
 

JAKARTA (DetakRiau.com) Jumat tanggal 12 Oktober 2018 beredar buku FPI yang beredar terbatas di Gedung DPR Jakarta.

Buku dengan cover warna hitam ini jadi menarik karena judulnya salah tulis. Yang menurut penulisnya Ujang Sunda akan dierata dalam edisi revisi sesuai judul aslinya:  FPI Fundamentalisme dan Politik Praktis.

Bagi awam tak mudah untuk bisa memahami Habib Rizieq, FPI dan praktisnya. Sama dengan sulitnya untuk bisa memahami Habib Rizieq yang keturunan nabi asal Yaman, ditulis lulusan Sekolah Menengah Bethel di Jakarta.
Sekolah Bethel adalah milik misi gereja Kristen Avengelis yang berkembang pesat di Amerika Serikat dan cenderung berkiblat pada ritual era Ibrani di Israel. Yang tak mau disamakan dengan Protestan dan Katolik karena punya gereja masing masing termasuk Bethel. 

Buku baru yang diambil dari tesis S2 atas Ujang Sunda dari Universitas Islam Negeri Jakarta. Salah satu sumbernya adalah Habib Rizieq langsung saat masih bebas di Jakarta.

Dalam buku setebal  162 halaman tanpa index, termasuk  berhasil mengungkap, mengapa ormas yang dipimpin oleh Habib Rizieq diberi nama Front Pembela Islam.

Istilah Fron  dalam sejarah politik kekuasaan selama ini memiliki sejarah buruk.

Bekas Perdana Menteri Amir Syarifudin pernah mendirikan Fron Demokrasi Rakyat yang kemudian memberontak melawan pemerintah Indonesia. Amir disergap oleh operasi TNI di Boyolali, Solo - Jawa Tengah. Yang kemudian di eksekusi oleh tentara.

Amir Syarifudin adalah tokoh Islam yang jadi bendahara dalam Kongres Pemuda 1928, yang kemudian pindah agama masuk jadi Kristen militan, dan meninggal setelah menyanyikan lagu Internasionale.

Pada tahun 1960 an, Soekarno murid dan bekas mantu Ketua Umum Sarekat Islam HOS Cokroaminoto, mendirikan Fron Nasional untuk menyatukan seluruh partai politik dan ormas yang sekretariatnya berada di kantor Menkopolhukam Wiranto sekarang ini.

Puncaknya pada tahun 1965 meledak pemberontakan G30S/PKI. Yang membawa Soekarno  jatuh dari tampuk kekuasaan sebagai Presiden. Dan meninggal dalam status tahanan militer dibawah orde baru pimpinan Letnan Jenderal Suharto.

FPI menggunakan diksi Front Pembela Islam dengan makna Front adalah karena orientasi kegiatan yang dikembangkan FPI bersifat konkrit berupa aksi frontal. FPI selalu berusaha ada d garis terdepan  dan memiliki sikap tegas dalam setiap langkah dan perjuangannya. 

FPI muncul sesudah Suharto jatuh tahun 1998 digantikan oleh Habibie. Gedung MPR saat itu sedang diduduki oleh
mahasiswa. FPI kemudian tampil dengan membawa pentungan rotan untuk menghalau mahasiswa agar meninggalkan gedung MPR.

Kemunculan FPI yang membawa pentungan saat itu sangat mengagetkkan banyak orang karena Laskar Jafar Umar
Thalib yang muncul sebelumnya dengan berkuda serta pedang terhunus, tidak mau digunakan untuk mengusir mahasiswa, sampai dengan kembali dengan damai.

Dalam buku ini ditulis bahwa FPI dapat bantuan dari Wiranto dan Nugroho Jayusman yang saat itu menjadi Panglima ABRI dan Kapolda Metro Jaya yang bertanggung jawab atas keamanan ibukota.

Lahirnya FPI beda dengan DaruL Islam yang menentang pemerintah Soekarno-Hatta yang sudah menyerah kepada Belanda. DI bergerak melakukan perjuangan bersenjata  permanen dibawah pimpinan Kapten Kartosuwiryo mantan wakil Menteri Pertahanan.

Atas vonis pengadilan Kartosuwiryo diputus bersalah bukan karena mendirikan DI. Tetapi  dijerat terlibat dalam pemboman/penembakan Soekarno yang berhasil lolos. Yang kemudian diketahui di arseteki oleh oknum tentara yang dekat dengan presiden agar bisa jadi jenderal.

Dilapangan FPI sering menentang bedah buku Tan Malaka bapak Massa Aksi yang menolak pemberontakan PKI tahun 1926/1927. Semaun dan Tan Malaka adalah tokoh pemogokan zaman melawan Belanda. Semaun meninggal dunia pada zaman orde baru atau tidak dieksekusi militer orde baru.
Musuh abadi Tan Malaka adalah Muso tokoh PKI yang juga anak kiai asal Kediri. Muso pernah mengatakan akan menggantung hidup hidup jika ketemu dengan Tan Malaka, sepulangnya ke Indonesia  dari Eropa.

Secara politik praktis FPI acap melakukan aksi massa yang tecatat secara kronologis dalam buku ini dengan baik.
Termasuk aksi massa 212 yang fenomenal. Sebelumnya FPI melakukan demo di depan Istana Merdeka bersama Letjen (Pur) Kiki Syahnakri dengan isu intinya :  Kewaspadaan PKI Bangkit. Yang di dahului dengan seminar  dengan salah satu pembicaranya Habib Rizieq di Balai Kartini tahun 2017  yang lalu.

Buku ini terbit saat Habib Rizieq tidak bisa kembali ke Indonesia, setelah beribadah haji di Arab Saudi tanpa ada kejelasan dan penjelasan dari aparat yang resmi yang mendapat mandat untuk melindungi setiap warga negaranya. Erwin Kurai  
 

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -