Tan Malaka "Urang Minang" Yang Melihat Rasionalitas Tertingggi Terwujud Dalam Islam Untuk Melawan Ko
Jumat, 26 Oktober 2018 - 16:44:41 WIB
 

TERKAIT:
   
 

JAKARTA (DetakRiau.com) Judul buku Dalam Bayang Bayang Lenin sampai Tan Malaka. Diluar dugaan tacokok dijual di Terminal III yang mewah di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Propinsi Banten pada tanggal 19 Oktober 2018 lalu.

Harga bukunya termasuk mahal dibandrol  Rp 70 ribu per eksemplar. Tapi  termasuk buku murah juga, karena penulisnya membenturkan Tan Malaka melawan pemikir Eropa dari mulai August Comte dan Imanuel Kant. Sampai Hegel, Engels, Lenin dan Stalin yang dilawan Tan Malaka..

Apalagi yang menulis Frans Magnis Suseno yang berlatar belakang  ahli filsafat dan  pastor Katolik keturunan Eropa.

Harus diakui Frans  sangat berhasil mengurai  pemikiran seorang anak pribumi Tan Malaka yang berasal dari udik di Kampung Pandam Gadang, Suliki - Kabupaten 50 Kota, Propinsi Sumatera Barat atau ditengah tengah Bukit Barisan Pulau Sumatera.

Sejurus mana sang Tan Malaka dalam cover buku tersebut ditulis dalam huruf kapital dengan warna putih bersih.
Untuk diketahui, tangan Tan Malaka selama hidupnya tidak pernah berdarah darah sebagaimana guru panggilan jiwanya..

Sedang Lenin ditulis dengan huruf merah yang Revolusioner atau pemimpin revolusi yang memang tangannya berdarah darah. Yang kemudian banyak dianut oleh para pemimpin kita hanya untuk demi kekuasaan.

Tan Malaka meninggal di eksekusi dengan peluru ditengah hutan Kediri di Jawa oleh milter, karena mempertahankan pemikirannya yang asli.

Sedangkan yang menembaknya, atau lawannya  Lenin dan Stalin yang Revolusioner  meninggal di atas ranjang tempat tidur yang empuk dan mewah dibayar oleh anggaran negara.

Nasib kehidupan Tan Malaka sama dengan Nabi Isa yang memilih hidup bujangan, tapi diakhiri dan dibunuh oleh tangan manusia.

Wandi S Brata dari penerbit Gramedia di Jakarta (25/10/2018) mengatakan, buku ini diterbitkan karena sekarang banyak anak muda yang senang membaca buku Filsafat. Literasi kita masih kurang dengan makin banyak buku terbit, maka diharapkan minat baca akan semakin naik.

Penulisnya Frans Magnis memang sangat detail, makanya dia tertarik dengan isi pemikiran karya buku Tan Malaka.
"Yang positit di apresiasi, sedang yang kurang tetap dikritik. Begitulah Pak Frans adanya", jelasnya. 

Lebih lanjut dikatakan, pemikiran Tan Malaka itu menarik buat pembaca buku karena pembaca sekarang lebih senang atau menyenangi buku buku yang isinya substansial, dari pada membaca profil tokoh.

Makanya, ilmu Filsafat sekarang semakin banyak diminati untuk dipelajari, kata Wandi.

Frans Magnis Suseno termasuk yang sangat kritis membaca pikiran Tan Malaka. Sampai menyatakan pada titik, dimana
bahwa Tan Malaka tidak mengenal pengabdian pada sebuah partai. Ia betul betul independen. Ia menulis apa yang menjadi keyakinannya, katanya.

Buah dari puncak puncak pikiran Tan Malaka itu tadi,  sampai Frans menggolongkannya, Tan Malaka sebagai  orang Indonesia yang tidak anti Barat.

"Tan Malaka menemukan semacam garis rasionalitas yang Naik, mulai dari kepercayaan Indonesia asli yang tenggelam dalam logik gaib, lalu ada kepercayaan India, akhirnya kepercyaaan Asia Barat yaitu agama agama Abrahamistik dimana Tan Malaka melihat rasionlitas tertinggi terwujud dalam Islam", sitir Frans Magnis Suseno.

Dengan kata lain pak Frans, dari Nabi Abraham dilanjutkan oleh manusia biasa Ibrahim gelar Datuk Tan Meleko gelar adat aslinya dari Tan Malaka di Minangkabau. Erwin Kurai.



 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -