Pro dan Kontra Masa Depan Jepang Dibahas di Bogor
Kamis, 01 November 2018 - 18:26:57 WIB
 
Adi Taruna Efendi kemeja merah
TERKAIT:
   
 

JAKARTA (DetakRiau.com) Kota Bogor yang dulu jadi pusat pelatihan
militer pribumi untuk membantu militer Jepang dalam perang dunia II,
terpilih jadi tempat diskusi yang bertemakan : Kebangkitan Negeri Sakura pada hari minggu 28 Oktober 2018 lalu.

Dengan tampil sebagai pembicara  pakar Jepang Siti Dahsiah Anwar Dosen FIB  Universitas Indonesia, Jakarta  dan pengamat Jepang Adi Taruna Efendi.

Sebelum diskusi berlangsung didahului dengan  paparan oleh nara sumber. Yang dihadiri sejumlah profesor dari berbagai disiplin ilmu dan kalangan aktifis peminat Jepang.

Para pakar beda pendapat apakah Jepang akan bubar pada Abad XXII atau Jepang akan keluar sebagai pemenang kembali ditengah ekonomi dunia yang semakin melemah.

Siti Dahsiah Anwar dalam paparannya menggunakan  pendekatan demografi liberal yang individulis dimana sukses ekonomi jadi penentu keluarga generasi milenial, mengalah kan nilai nilai berkeluarga.

Yang membawa konsekuensi populasi  jumlah penduduk Jepang terus mengalami jumlah yang menurun sampai awal abad XXII.

Pada tahun 2005 generasi baru yang lahir yang berumur 0 sampai 15 tahun  berjumlah 17,5 juta orang. Setelah 25 tahun kemudian atau pada tahun 2030 akan lahir generasi baru sebanyak  11 juta orang atau turun dari tahun 2005.
Sedangkan  pada  tahun 2055 fertilitas yang lahir  7 juta orang. Dan prediksi  di tahun 2095 pertumbuhan penduduk baru di Jepang diperkirakan nol, kata  Dahsiah.

Penyebabnya adalah karena desakan faktor dobel income suami istri yang harus bekerja untuk memperbaiki tingkat ekonomi the have sementara berumah tangga  atau punya anak dianggap sebagai merampas kebebasan, jelas Dahsiah yang bolak balik studi ke Jepang.

Persoalan demografi  Jepang sudah pernah di bicarakan dengan Japan Foundation di Jakarta, sejak lima tahun yang lalu. Mereka malah menawarkan supaya agar ada migrasi dari Indonesia ke Jepang. Sementara tenaga kerja yang berkerja di Jepang dianggap sebagai magang yang tidak pernah diangkat
sebagai karyawan tetap, sehingga mereka kembali ke Indonesia, jelasnya.

"Saya perkirakan Jepang akan menjadi negara dongeng, hilang dari peta kekuatan dunia pada tahun 2090 oleh karena penduduknya punah bukan karena ambruknya ekonomi atau Jepang kalah dalam perang dunia III", tegasnya

Adi Taruna Efendi pembicara lainnya  mengunakan pendekatan historis dalam melihat Jepang yang akan datang. Yang sebelumnya sudah pernah bangun jatuh dan tampil lagi sebagai pemenang,

"Dua kali Jepang tampil sebagai pemenang di era Tokugawa dan era Yosida yang membawanya  bangkit setelah perang dunia II dengan menjadi negara industri yang pertama di Asia",katanya.

Modalitasnya adalah karena  Jepang punya nilai tradisi lama yang terus di lestarikan sampai sekarang tetapi juga bisa mengadaptasi hal hal yang baru. Selain etos kerja yang tinggi dan yang luar biasa itu.

Makanya Jepang mampu bertahan dan survive meski telah dua kali dikalahkan oleh asing. Yang menarik lainnyaa adalah walau hutang Jepang lebih besar. Masarakat Jepang tidak terusik, apalagi mau menciptakan instabilitas di negaranya kecuali lewat  pemilu atau perubahan pemerintahan lewat
parlemen karena Jepang menganut sistim parlementer, jelasnya.

Yang jadi penentu atau kuncinya adalah masarakat Jepang sendiri, yang setia pada tanah airnya  dan cinta bangsanya yang tinggi. Dengan melestarikan nilai nilai  senasib dan sepenanggungan untuk membela Jepang yang unggul, tambah nya. 

Walau mulai sejak tahun 2000 saingan berat Jepang di kawasan Asia Timur adalah Korea Selatan dan China, baik secara ekonomi dan militer.

Jumlah Penduduk RRC yang hampir 1, 5 milyar orang artinya RRC juga punya pasar didalam negeri yang lebih besar. Sedangkan penduduk Jepang tidak sebanyak jumlah penduduk China. Sehingga pasar didalam negerinya sendiri kecil, bahkan terus berkurang seiring  akibat kehidupan dobel income. Sehingga Jepang harus mencari pasar baru lewat pasar ekspor di luar negeri.

"Selama ini pasar  tradisional Jepang adalah Indonesia. Yang sekarang mengalami hegemoni baru dari China yang secara militer memiliki 3 kapal induk dan 400 pesawat tempur untuk dipergunakan dalam menjaga keamanan kawasan".

"Bedanya Jepang memilki Kaizen standar mutu dan presisi tinggi dalam produksi berkelas dunia untuk merebut kue ekonomi dunia kembali", kata Adi Taruna Efendi. Erwin Kurai. 

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -