OJK dan SRO Selenggarakan Media Gathering Pasar Modal 2020
Rabu, 02 Desember 2020 - 01:47:21 WIB
 

TERKAIT:
   
 

JAKARTA (DRC)  – Dalam rangka memberikan informasi terkini kepada Wartawan Pasar Modal, serta memperingati 43 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
bersama Self-Regulatory Organization (SRO) yaitu PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyelenggarakan Media Gathering Pasar Modal 2020 pada Selasa (1/12).
Media Gathering Pasar Modal 2020 menghadirkan narasumber Kepala Departemen Pengawasan Pasar 
Modal 1A OJK Luthfy Zain Fuady, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, Direktur Utama KPEI Sunandar, dan Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo. Setelah pemaparan oleh masing-masing narasumber, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup dengan sesi foto bersama. Media Gathering Pasar Modal 2020 diselenggarakan secara semi virtual menggunakan Zoom.
Sejak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengumumkan kasus COVID-19 pertama di 
Indonesia pada Maret tahun ini, kalangan investor global dan domestik menunjukkan respon yang 
kurang baik terhadap pasar keuangan, di dalam maupun luar negeri. Titik terendah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini terjadi pada Selasa (24/3) dengan penurunan sebesar -37,49 persen 
dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Meskipun demikian, aktivitas perdagangan kian menunjukkan 
perbaikan yang tercermin dari peningkatan IHSG yang mencapai level 5.612,42 pada 30 November 
2020. Tidak hanya itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di bulan November 2020 mengalami 
peningkatan menjadi Rp12,9 triliun per hari.
Peningkatan juga terlihat pada jumlah pencatatan efek baru yang masih bertumbuh di tengah Pandemi 
COVID-19. Sampai dengan 30 November 2020, telah dicatatkan sebagai 708 Perusahaan Tercatat di 
BEI. Pada 2020, sudah tercatat 46 Initial Public Offering (IPO) Saham, 8 Exchange Traded Fund (ETF), 
95 Emisi Obligasi/Sukuk Korporasi, dan 1 Efek Beragun Aset (EBA) dengan total fund raised sebesar 
Rp108,71 triliun. Tidak hanya itu, masih terdapat 20 Perusahaan yang masuk ke dalam pipeline calon 
Perusahaan Tercatat baru.
Selain itu pula, terdapat peningkatan signifikan pada jumlah investor di Pasar Modal Indonesia yang 
telah mencapai 3 juta investor pada Juli 2020 atau meningkat sebanyak 3,8 kali dari 2016. Sampai 
dengan 19 November 2020, Pasar Modal Indonesia telah mengantongi 3,53 juta investor. 
Selama tahun 2020, BEI telah meluncurkan sejumlah program, seperti peluncuran layanan elektronik 
e-IPO untuk meningkatkan efisiensi proses IPO serta meningkatkan perlindungan investor. Selain itu, 
BEI juga meluncurkan aplikasi IDX Virtual Trading yang dapat digunakan sebagai media untuk 
melakukan simulasi trading bagi calon investor, serta dapat membantu Anggota Bursa dalam 
mengedukasi calon investor. BEI secara resmi telah merilis indeks baru, yaitu Indeks IDX Quality30 
yang dapat digunakan oleh investor sebagai salah satu panduan untuk berinvestasi.

BEI juga mengikuti arahan pengembangan Pasar Modal Syariah sesuai dengan Roadmap Pasar Modal 
Syariah 2020 - 2024. Pada 27 Oktober 2020 yang lalu, BEI meluncurkan IDX DNA atau Sistem 
Distribusi Keterbukaan Informasi Perusahaan Tercatat Terintegrasi. Perkembangan terbaru, BEI telah 
merilis sistem perdagangan obligasi secara elektronik yaitu Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif 
(SPPA) dan melakukan perubahan Maximum Price Movement produk ETF pada 9 November 2020.
Sehubungan dengan peran KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan, hingga akhir Oktober 2020, 
nilai rata-rata efisiensi penyelesaian dari mekanisme kliring secara netting untuk Transaksi Bursa 
Harian mencapai 53,70 persen atau senilai Rp2,9 triliun, sedangkan rata-rata efisiensi dari sisi volume 
mencapai 60,15 persen atau senilai 2,7 miliar lembar saham dengan nilai RNTH mencapai Rp7,9 triliun
dan rata-rata volume transaksi bursa harian mencapai 9,5 miliar lembar saham. Hal ini mengalami 
peningkatan dibanding tahun 2019 dengan rata-rata efisiensi penyelesaian dan efisiensi volume sebesar 
48,84 persen dan 56,54 persen. Untuk pengelolaan risiko penyelesaian Transaksi Bursa, KPEI 
mengelola Agunan milik Anggota Kliring dengan nilai mencapai Rp21,83 triliun. Adapun sumber 
keuangan untuk Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa, yaitu Cadangan Jaminan dan Dana Jaminan 
telah mencapai Rp158,37 miliar dan Rp5,42 triliun yang mengalami peningkatan dari nilai sebelumnya
pada tahun 2019 dengan masing-masing nilai sebesar Rp153,15 miliar dan Rp5,02 triliun.
Berkenaan dengan rencana perluasan peran Lembaga Kliring dan Penjaminan dalam transaksi pasar 
keuangan, KPEI telah mendapatkan persetujuan prinsip dari Bank Indonesia (BI) pada 13 Agustus 2020 
lalu, untuk menjadi lembaga Central Counterparty (CCP) bagi transaksi Derivatif Surat Berharga Nilai 
Tukar-Over the Counter (SBNT-OTC) di Indonesia dan sampai saat ini, KPEI sedang dalam proses
menyelesaikan infrastruktur untuk memperoleh izin usaha. Di samping itu, dalam rangka optimalisasi 
transaksi Pinjam Meminjam Efek (PME), KPEI juga telah melakukan penjajakan dengan pihak BPJS 
Ketenagakerjaan sebagai ultimate lender, serta revitalisasi pinjam meminjam efek guna peningkatan 
transaksi PME, dan varian baru dari transaksi PME, yakni PME bilateral.
Untuk pengembangan infrastruktur pasar modal lainnya tetap berjalan sesuai dengan jadwal di tengah 
kondisi pandemi, meliputi: mendukung pengembangan mekanisme penawaran umum perdana saham 
secara elektronik (e-IPO), peningkatan kapasitas sistem e-CLEARS, pengembangan transaksi obligasi 
Electronic Trading Platform (ETP)/Penyelenggara Pasar Alternatif (PPA) di Bursa. KPEI juga turut 
serta memberikan kontribusi dengan melakukan pengembangan sistem kliring obligasi yang melayani 
ETP dengan mekanisme Straight Through Processing (STP) dengan BI dan KSEI, melakukan 
pembaruan teknologi sistem kliring obligasi untuk transaksi ETP dan transaksi Bursa dengan platform
baru, serta pengembangan sistem pengelolaan collateral yang terintegrasi sehingga lebih efektif dan 
efisien (Integrated Collateral Management System).
Berdasarkan data statistik yang tercatat di KSEI, jumlah investor yang telah mencapai lebih dari 3 juta 
tersebut terdiri dari investor saham sebanyak 1.503.682 (naik 36,13 persen dibandingkan akhir tahun 
2019), investor Reksa Dana sebanyak 2.827.164 (naik 59,32 persen dibandingkan akhir tahun 2019) 
dan investor Surat Berharga Negara yang diterbitkan Bank Indonesia sebanyak 448.147 (naik 41,70
persen dibandingkan akhir tahun 2019). 
Sepanjang 2020 sampai dengan 19 November 2020, jumlah investor Pasar Modal Indonesia naik 42,19
persen menjadi 3.532.519 dari sebelumnya 2.484.354 pada akhir tahun 2019. Kenaikan investor 
tersebut salah satunya disokong melalui peningkatan investor Reksa Dana sebesar 59,32 persen, 
khususnya yang berinvestasi melalui Agen Penjual Reksa Dana Fintech (SA Fintech). Dalam hal ini 
lebih dari 50 persen investor pasar modal memiliki Rekening di Selling Agent Financial Technology

(SA Fintech) dengan total 1.809.208 investor dan dominasi investor individu sebesar 99 persen. 
Dukungan keberadaan SA Fintech dalam industri Reksa Dana terlihat jelas dari pertumbuhan Asset 
Under Management (AUM) dengan rata-rata kenaikan sekitar 200 persen per tahun, serta frekuensi 
transaksi yang meningkat tajam. Adapun Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap 
merupakan dua Reksa Dana yang memiliki AUM terbesar dan investor terbanyak di SA Fintech. 
Kekuatan industri Fintech tersebut juga disebabkan dominasi investor milenial yang berinvestasi di 
Pasar Modal Indonesia. Pada 19 November, tercatat lebih dari 70 persen investor berada dalam rentang 
usia s.d. 40 tahun. Adapun dari sisi demografi, investor didominasi oleh laki-laki (61,14 persen), 
pegawai swasta (52,91 persen), lulusan sarjana (44,40 persen), dan memiliki penghasilan Rp10-100 juta 
(58,09 persen). Sementara berdasarkan domisili, investor Pasar Modal Indonesia sebagian besar berada 
di Pulau Jawa (72,23 persen).
Terkait dengan Equity Crowdfunding, saat ini KSEI telah menandatangani kerja sama dengan Santara, 
Bizhare, dan CrowdDana sebagai penyelenggara. Di samping itu, dari eASY.KSEI yang telah 
diimplementasikan pada 20 April 2020, sebanyak 642 Emiten (90 persen) telah menggunakan 
eASY.KSEI dengan 631 di antaranya telah berhasil mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham 
(RUPS) melalui eASY.KSEI. Adapun dari seluruh kehadiran pada RUPS tersebut, sebanyak 76 persen
investor menggunakan eASY.KSEI untuk memberikan kuasa menghadiri RUPS.
OJK dan SRO senantiasa melakukan pengembangan pasar modal mengikuti dinamika pemulihan 
ekonomi yang terus berkembang. Dalam beberapa bulan ke depan, akan tetap dipantau dan diperhatikan 
serangkaian data serta indikator perekonomian, misalnya laju pertumbuhan ekonomi di Kuartal III-2020 
atau laporan kinerja keuangan Perusahaan Tercatat. Hal ini dilakukan agar perdagangan di Pasar Modal Indonesia dapat berlangsung dengan teratur, wajar, dan efisien. (rid) 

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -