TNTN Hanya Sisakan Hutan Primer 14 Ribu Hektar dari Total 81 Ribu Hektare
Rabu, 25 Agustus 2021 - 23:20:58 WIB
 

TERKAIT:
   
 

PANGKALANKERINCI, detakriau.com - Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) terus saja dicaplok oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab, lalu ditanami kebun kelapa sawit, bukan tanaman hutan. Data terbaru, dari 81 ribu hektar luas kawasan, hanya menyisakan 14 ribu hektar berbentuk hutan primer.

Dari 14 ribu hektar yang tersisa tersebut itu pun tidak lagi berbentuk hutan primer, alias hutan perawan. Meski demikian, saat ini pemerintah berupaya mengembalikan kawasan TNTN pada fungsi awal yakni melakukan program pemulihan dengan menanami tanaman kehidupan berupa pokok pohon produktif. 

"Jika kita lihat dari peta citra satelit, bahwa Taman Nasional Tesso Nilo ini sudah ditumbuhi oleh tanaman sawit. Untuk taman nasional tidak boleh ditanami sawit, haram hukumnya. Ini mesti kita selamatkan dengan cara pemulihan," terang Kepala Balai TNTN Heru Sutmantoro, S.Hut, MM, dilansir cakaplah.com, Rabu (25/8/2021).

Sebagaimana diketahui, cakapnya, TNTN ini sudah terdaftar dalam organisasi di konservasi dunia, teregister, sehingga menjadi taruhan bukan hanya Pelalawan, Riau, bahkan Indonesia akan tetapi taruhan internasional. "Alangka jeleknya nama kita di mata internasional jika taman nasional lenyap," kata dia.

Sesuai dengan SK Kementrian Kehutanan, jelas Heru yang baru beberapa bulan menjabat sebagai kepala Balai TNTN, luas taman nasional ini kurang lebih 81 ribu hektar. Tapi dalam kenyataan di lapangan saat ini, kawasan hutan primer hanya tersisa 14 ribu hektar lagi.

Artinya, kata dia, 80 persen dari total TNTN sudah ditanami sebagian besar sawit dan ada juga sebagian kecil semak belukar. "Ini yang menjadi perhatian kita ke depannya, bagaimana menjadi hutan kembali, meskipun ia tidak bisa menjadikan sebagai hutan primer," tukasnya.

Diterangkannya, luasan lahan yang menjadi rehabilitasi itu ada sekitar 56 ribu hektar. Luasan ini pula menjadi upaya bersama menjadi hutan kembali. Walaupun bebernya, tidak menjadikan sebagai hutan primer. Tetapi setidaknya, mendekati hutan. Misalnya, memberikan komposisi yang seimbang terhadap keadaan hutan yang asli.

"Seperti misalnya, menjadikan 70 persen merupakan tanaman kehidupan dan 30 persen tanaman kehutanan. Program inilah yang kita gulirkan di luas lahan 56 ribu hektar dan saat ini sudah ada regulasinya," tandas Heru.(rid/ckp)

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -