Menurut Ketua Panitia Kemah Belia Adat, Datuk Toni Werdiansyah, para belia yang mengikuti kegiatan tersebut berusia 16-20 tahun. Mereka diinapkan di tenda di samping Balai LAMR antara lain untuk menimbulkan kesan kesadaran bagaimana akrabnya hubungan Melayu dengan alam. Selama tiga hari, mereka dibekali materi adat Melayu Riau, sejarah, ragam budaya, kepariwisataan, dan penanganan narkoba. 

Mereka diharapkan kelak menjadi duta adat Melayu Riau di tengah masyarakatnya sendiri maupun di luar, dalam menyongsong Indonesia emas 2045, ketika republik ini berusia 100 tahun. Untuk itu, komunikasi dibangun tidak saja selama acara berlangsung, tetapi juga setelah acara usai dilaksanakan melalui jaringan alam maya. 

Ketum DPH LAMR Datuk Seri Taufik Ikram Jamil mengatakan, bagi LAMR sendiri, kegiatan ini sangat penting bukan hanya karena sebagai kewajiban pewarisan, tetapi juga strategi dalam menghadapi perkembang zaman. Kesepakatan tidak bisa ditolak yang harus dijawab dengan memperkuat pemahaman terhadap tradisi dan agama. Ini sejalan dengan perkiraan pakar masa depan yang menempatkan tradisi dan agama sebagai sosok yang memberikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai suatu keperluan dasar kehidupan. 

“Saya berharap, kegiatan ini terus berlanjut dan lebuh besar pada masa mendatang,” kata Datuk Seri Taufik seraya menambahkan, Kemah Belia Adat, telah dua kali dilaksanakan yakni tahun lalu dan tahun ini.(*)