Harga Pangan Tinggi, Ini Akibatnya pada Inflasi Menurut Versi Indef
Jumat, 10 Februari 2017 - 11:58:05 WIB
JAKARTA (DEtakRiau.com)-Bergejolaknya harga pangan dan bahan pokok saat ini mengancam angka inflasi tahunan. Pemerintah harus mewaspadai angka inflasi, meski saat ini masih di bawah lima persen. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi pada Januari 2017 mencapai 0,97 persen. Secara tahunan atau year on year inflasi di bulan lalu sebesar 3,49 persen.
Peneliti INDEF, Abdul Manaf Pulungan menjelaskan, inflasi dari sisi gejolak harga pangan yang masih cukup tinggi ini tentu akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Dampak panjangnya akan mempengaruhi pula ke pertumbuhan ekonomi nasional.
'Ekonomi masih bergantung terhadap konsumsi rumah tangga, pemerintah tidak bisa mengelolanya melalui perbaikan daya beli. Inflasi dari sisi volatile food masih tinggi di atas 5,5 persen,' ungkap Manaf di Kantor INDEF, Jakarta, Kamis (9/2), sebagaimana dilansir merdeka.com.
Selain itu, tingginya angka inflasi juga akan mempengaruhi produsen. Inflasi akan menjadikan biaya produksi meningkat, hal ini akan mempengaruhi pendapatan dan laba yang menurun. "Dari sisi pembiayaan, inflasi yang tinggi akan menyebabkan suku bunga tetap tinggi, sehingga penyaluran kredit relatif rendah," ujarnya.
Untuk itu, dia memberikan solusi kepada masyarakat untuk menekan inflasi yakni dengan meningkatkan produksi pertanian, memperbaiki infrastruktur. 'Selama ini untuk mengatasi inflasi, Indonesia hanya menyasar ke kebijakan moneter. Seperti menaikkan suku bunga waktu itu di pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Tidak ke sumber masalah utamanya,' pungkasnya. (e2)
(f: int)