Pekanbaru (DetakRiau.Com) - PT Bumi Siak Pusako (BSP) saat ini dapat dikatakan sudah sakit parah dan harus masuk ICU untuk 'diobati' (dibenahi) serius. Jika tidak, dalam waktu 3-5 tahun lagi, PT BSP bisa bangkrut.
Mantan Pendiri BOB dan Dirut BSP, Nawasir Kadir dalam percakapannya dengan pers, Kamis (16/11/2017) mengungkapkan, kinerja dan produksi PT BSP benar-benar anjlok. Kakau produksi awalnya 40 ribu barel/hari, kini hanya tinggal 11.300 barel per hari. Bila hal ini tak diantisipasi, dipastikan peusahaan milik Pemkab Siak ini bisa gulung tikar.
"Sebenarnya. masyarakat Riau sangat mendambakan keberhasilan PT BSP dalam mengelola Blok CPP. Karena secara langsung akan memberikan berbagai dampak positif moral maupun material kepada masyarakat Riau . Dan ini menjadi salah satu landasan kuat untuk mendapatkan Blok Rokan di tahun 2021. Namun, setelah 15 tahun PT BSP mengoperasikan Blok CPP, ternyata kinerja PT BSP mengecewakan dan dangat jauh dari harapan masyarakat Riau," ungkap Nawasir.
Menurut adik kandung Fauzi Kadir ini, misi PT BSP yang utama ialah memproduksi minyak bumi sebanyak-banyaknya. Namun hal itu kini tidak tercapai. Sebaliknya produksi justru merosot jauh.
"Kondisi PT BSP ibarat orang sakit yang harus segera masuk ruang ICU, harus segera ditangani pakarnya," ujar Nawasir.
Dalam catatan Nawazir, produksi minyak bumi yang menjadi tolak ukur utama kinerja PT BSP telah merosot drastis lebih dari 72%. Produksi awalnya 40.000 barrel per hari sekarang tinggal 11.300 barrel per hari (BOPD).
Penurunan tersebut berakibat menurunnya penerimaan keuangan negara dan daerah. Hal ini semakin terpengaruh dengan merosotnya harga minyak dunia. Kinerja buruk PT BSP menyebabkan berbagai kerugian dan tercorengnya marwah daerah.
Adanya tata kelola perusahaan yang buruk (Bad Corporate Governance) ditandai antara lain berbagai konflik kepentingan, rangkap jabatan dan bagi-bagi posisi dari level tertinggi (Direksi, Komisaris dan JMC) hingga ke level dan lini dibawahnya. Ironinya konflik interest yang menyolok justru terjadi di level Manajemen Puncak, diantaranya:
Ssorang komisaris utama (Komut) bertugas mengawasi dan menilai kinerja Direktur Utama (Dirut /direksi). Dirut bertanggung jawab kepada Komut, dilain pihak Dirut mengangkat dirinya dan Komut (rangkap jabatan) menjadi anggota JMC . Komut yang merangkap sebagai anggota JMC diawasi dan bertanggung jawab kepada Dirut.
PT BSP sekedar melanjutkan memproduksi minyak dari eksisting reservoir yang sudah ada sejak PT CPI dan berumur lanjut (mature), kandungan air (water cut) terus naik hingga di atas 90% dan penurunan produksi minyak terus terjadi.
Tidak ada langkah strategis dari manajemen, seperti upaya inovasi terobosan melakukan berbagai studi geologi bawah tanah, mencari lokasi minyak atau prospek reservoir baru.
Terus menurunnya produksi minyak, lanjut Nawasir, mengakibatkan biaya produksi juga terus meningkat, meskipun BOB/ CPP telah berusaha memaksimalkan efisiensi tetapi tidak berpengaruh banyak terhadap biaya produksi. "Bahkan efisiensi berakibat banyak proyek-proyek ditunda atau dibatalkan yang dalam jangka panjang berpengaruh pada kinerja keseluruhan PT BSP sendiri," kata Nawasir.
Dibeberkan Nawasir lagi, penurunan rata-rata produksi minyak BOB/ CPP sebesar 1.400 barel pertahun seperti saat ini, maka dalam 3-5 tahun ke depan PT BSP akan sulit mencapai keekonomiannya, karena biaya produksi akan naik menjadi +/- USD 50 per barel. Bahkan setelah 5 tahun PT BSP harus berhenti beroperasi atau merugi total.
Di lain pihak atau kondisi eksternal menunjukkan harga minyak dunia masih relatif rendah meski mengalami sedikit kenaikan, merupakan tambahan ancaman serius bagi kinerja bahkan kelangsungan PT BSP sebagai perusahaan hulu migas.
Namun kata Nawasir sangat disayangkan, PT BSP seperti tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki kinerja yang terus memburuk tersebut. Berputar-putar kebingungan, tidak bisa melihat hutan dari pepohonan.
"Akhirnya manajemen masa bodoh bersikap bagai burung onta menyembunyikan kepala menghindar dari masalah, toh gaji besar dan berbagai fasilitas yang menggiurkan masih terus mereka nikmati," ujar Nawasir.
"Sayangnya masyarakat banyak tidak tahu dengan kondisi real PT BSP. Karena masyarakat percaya penuh dan seolah memberi cek kosong pengelolaan blok CPP kepada PT BSP," Nawasir kecewa.
Tokoh muda nan cerdas di bidang nya itu mengkilas balik bahwa blok CPP dengan ladang-ladang minyaknya kebanggaan masyarakat Riau dipercayakan pemerintah RI pengelolaannya kepada PT Bumi Siak Pusako (PT BSP), diperoleh pada tahun 2002 melalui perjuangan seluruh komponen masyarakat Riau, pemuda mahasiswa dan tokoh masyarakat Riau yang bersebati di daerah Riau dan di Jakarta.
Menggugat PT BSP:
Nawasir Kadir seorang tokoh utama pejuang dan arsitek pembentukan PT BSP/BOBCPP dan pakar permiyakan Indonesia mengaku sangat sedih dan kecewa. Dia bahkan sudah memperkirakan perihal merosotnya produksi PT BSP, namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Begitupun, dia masih memberi masukan agar CPP bisa bangkit. Dan terhadap adanya desakan masyarakat dan dorongan untuk mendapatkan blok Rokan, Nawasir Kadir bersama Timnya yang terdiri dari pakar praktisi dan pakar perguruan tinggi menyanggupi membantu peningkatan produksi PT BSP secara terukur dan berbiaya rendah.
Dia mengajak manajemen PT BSP mengambil langkah-langkah solusi strategis, melakukan inovasi-inivasi terobosan (breakthrouh innovations) teknologi advanced untuk mendapatkan lokasi sumur-sumur dan prospek lapangan minyak baru Blok CPP.
Menurutnya, hanya dengan keberhasilan terobosan inovasi teknologi advanced berbiaya rendah PT BSP dapat diselamatkan. Peningkatan produksi yang berbiaya besar seperti teknologi EOR dan IOR sebagaimana yang dilakukan PT CPI berisiko tinggi adalah pilihan semestinya harus dihindarkan.
Demi kesinambungan blok CPP, Nawasir Kadir menyanggupi meningkatkan produksi melalui ikhtiar-ikhtiar teknologi inovatif berbiaya rendah, berkisar 1-3 % dari total budget BOBCPP pertahun dan tingkat keberhasilan sangat tinggi yakni 85%.
Menerapkan teknologi advanced untuk berbagai analisis, studi geologi reservoir- geofisika bawah tanah bagi menemukan lokasi prospek dan sumur-sumur baru di bawah tanah dengan rasio keberhasilan tinggi secara struktur maupun stratigrafi.
Tentu saja agar program perbaikan kinerja PT BSP tersebut berjalan baik, memerlukan dukungan kerjasama yang sinergi semua pihak dan wewenang memadai yang akan dibicarakan lebih teknis dengan PT BSP. Diperkirakan peningkatan produksi sudah dapat dirasakan pada tahun kedua dan seterusnya sbb:
Tahun ke 2 tambahan produksi minyak baru 3.000 – 5.000 barel per hari
Tahun ke 4 tambahan produksi minyak baru 7.000 – 10.000 barel per hari.
Tahun ke 6 tambahan produksi minyak baru 10.000 – 15.000 barel per hari.
"Secara teratur masyarakat Riau harus memantau perbaikan kinerja PT BSP tsb dan tidak lagi membiarkan manajemen PT BSP berjalan tanpa kontrol," kata Nawasir.
Kata Nawasir, hanya keberhasilan solusi langkah strategis berupa peningkatan produksi minyak bumi PT BSP dapat diselamatkan dan meningkat kinerjanya.
" Meningkatkan produksi tidak saja menguntungkan bagi negara dan keuangan daerah tetapi menjadi tambahan modal dan alasan kuat Riau meminta hak mengelola Blok Rokan yang sudah di depan mata kepada Pemerintah Pusat," pungkasnya.
Menyikapi persoalan ini, salah seorang tokoh yang ikut merebut CPP A. Z Fachry Yasin ikut prihatin. Menurut dia ada mis- manajemen di tubuh BOB CPP yang perlu dilakukan analisis menyeluruh agar didapat solusi.
"Perlu kajian mendalam untuk mengetahui apa yang menyebabkan timbulnya persoalan CPP Blok. Dengan demikian bisa dicarikan solusi nya," kata Fachry kepada sejumlah media.
Apalagi tahun 2021 mendatang, Blok Rokan di Riau yang dioperasikan PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) akan habis masa kontraknya. Blok Rokan memproduksi hampir 300.000 barel minyak bumi per hari. Dilain pihak Blok CPP (Coastal Plain and Pekanbaru Block) yang letaknya bersebelahan dengan Blok Rokan dioperasikan oleh PT Bumi Siak Pusako (PT BSP) memproduksi minyak 11.300 barel per hari akan habis kontraknya tahun 2022.
"Ini yang ingin kita atau masyarakat Riau perjuangkan mengambil alih blok Rokan. Namun kalau blok CPP saja kinerjanya tidak baik, ya gimana pusat mau melepas Blok Rokan itu," ujar Fachry Yasin.
Dirut PT BSP, Bismantoro ketika dikonfirmasi melalui percakapan WA ke nomor 08119732xx, hingga berita ini dipublikasikan, belum membalas pesan di WA. (*/ron/drc)