Kinerja dan Produksi Benar-benar Anjlok
PT BSP Harus Masuk ICU
Kamis, 16 November 2017 - 13:22:00 WIB
 
TERKAIT:
   
 

Pekanbaru (DetakRiau.Com) - PT Bumi Siak Pusako (BSP) saat ini dapat dikatakan sudah sakit parah dan harus masuk ICU untuk 'diobati' (dibenahi) serius. Jika tidak, dalam waktu 3-5 tahun lagi, PT BSP bisa bangkrut. 

Mantan Pendiri BOB dan Dirut BSP, Nawasir Kadir dalam percakapannya dengan pers, Kamis (16/11/2017) mengungkapkan, kinerja dan produksi  PT BSP benar-benar anjlok. Kakau produksi   awalnya 40 ribu barel/hari, kini hanya tinggal  11.300 barel per hari. Bila hal ini tak diantisipasi, dipastikan peusahaan milik Pemkab Siak ini bisa gulung tikar.

"Sebenarnya. masyarakat Riau sangat mendambakan keberhasilan PT BSP dalam mengelola Blok CPP. Karena secara langsung  akan memberikan berbagai dampak  positif moral maupun material kepada masyarakat Riau . Dan ini menjadi salah satu landasan kuat untuk mendapatkan Blok Rokan di tahun 2021. Namun, setelah 15 tahun PT BSP mengoperasikan Blok CPP, ternyata kinerja  PT BSP mengecewakan dan dangat jauh dari harapan masyarakat Riau," ungkap Nawasir.

Menurut adik kandung Fauzi Kadir ini, misi  PT BSP yang utama ialah memproduksi minyak bumi  sebanyak-banyaknya. Namun hal itu kini  tidak tercapai. Sebaliknya produksi justru merosot jauh.

"Kondisi PT BSP ibarat orang sakit yang harus segera masuk ruang  ICU, harus segera ditangani pakarnya," ujar Nawasir.

Dalam catatan Nawazir, produksi minyak bumi yang menjadi tolak ukur utama kinerja PT BSP telah merosot drastis lebih dari 72%. Produksi awalnya  40.000 barrel per hari sekarang tinggal  11.300 barrel per hari (BOPD).

 Penurunan tersebut berakibat  menurunnya  penerimaan keuangan negara dan daerah. Hal ini semakin terpengaruh dengan merosotnya harga minyak dunia.  Kinerja  buruk PT BSP menyebabkan berbagai kerugian  dan tercorengnya marwah daerah.

Adanya tata kelola perusahaan yang buruk (Bad Corporate Governance) ditandai antara lain berbagai konflik kepentingan, rangkap  jabatan dan bagi-bagi posisi  dari level  tertinggi (Direksi, Komisaris dan JMC) hingga ke level dan lini dibawahnya.  Ironinya konflik interest  yang menyolok justru terjadi di level Manajemen Puncak, diantaranya:

Ssorang komisaris utama (Komut) bertugas mengawasi dan menilai kinerja Direktur Utama (Dirut /direksi). Dirut bertanggung jawab kepada Komut, dilain pihak Dirut mengangkat dirinya dan Komut (rangkap jabatan) menjadi anggota  JMC .  Komut yang merangkap sebagai anggota JMC diawasi dan bertanggung jawab kepada Dirut.  

PT BSP sekedar  melanjutkan memproduksi minyak dari eksisting reservoir yang sudah ada  sejak PT CPI dan berumur lanjut (mature), kandungan air (water cut) terus naik hingga di atas 90% dan penurunan produksi  minyak terus terjadi.

Tidak ada langkah strategis dari manajemen, seperti upaya inovasi terobosan melakukan berbagai studi geologi bawah tanah, mencari lokasi minyak atau prospek reservoir baru. 

Terus menurunnya produksi minyak, lanjut Nawasir, mengakibatkan biaya produksi juga terus meningkat, meskipun BOB/ CPP telah  berusaha memaksimalkan efisiensi tetapi tidak berpengaruh banyak terhadap biaya produksi. "Bahkan efisiensi berakibat banyak proyek-proyek ditunda atau dibatalkan yang dalam jangka panjang  berpengaruh pada kinerja keseluruhan PT BSP sendiri," kata Nawasir.

Dibeberkan  Nawasir lagi,   penurunan rata-rata produksi minyak BOB/ CPP sebesar 1.400 barel pertahun seperti saat ini, maka dalam 3-5 tahun ke depan PT BSP akan  sulit mencapai keekonomiannya, karena biaya produksi akan naik menjadi +/- USD 50 per barel.  Bahkan setelah 5 tahun PT BSP harus berhenti beroperasi atau merugi total. 

Di lain pihak atau kondisi eksternal  menunjukkan harga minyak dunia masih relatif  rendah meski mengalami sedikit kenaikan,  merupakan tambahan ancaman serius bagi kinerja bahkan kelangsungan PT BSP sebagai perusahaan hulu migas.

Namun kata Nawasir sangat disayangkan, PT BSP seperti  tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki kinerja yang terus memburuk tersebut. Berputar-putar kebingungan, tidak bisa melihat hutan dari pepohonan. 

"Akhirnya manajemen masa bodoh bersikap bagai  burung onta menyembunyikan kepala menghindar dari masalah, toh gaji besar dan berbagai fasilitas yang menggiurkan masih terus mereka nikmati," ujar Nawasir.

"Sayangnya masyarakat banyak tidak tahu dengan kondisi real PT BSP. Karena masyarakat percaya penuh  dan seolah memberi cek kosong pengelolaan blok CPP kepada PT BSP," Nawasir kecewa.

Tokoh muda nan cerdas di bidang nya itu mengkilas balik bahwa blok CPP dengan ladang-ladang minyaknya kebanggaan masyarakat Riau dipercayakan pemerintah RI pengelolaannya  kepada PT Bumi Siak Pusako (PT BSP),  diperoleh pada tahun 2002 melalui perjuangan  seluruh komponen masyarakat Riau, pemuda mahasiswa dan tokoh masyarakat Riau  yang bersebati di daerah Riau dan di Jakarta.  

Menggugat PT BSP:

Nawasir Kadir seorang tokoh utama pejuang dan arsitek pembentukan PT BSP/BOBCPP dan pakar permiyakan Indonesia mengaku sangat sedih dan kecewa. Dia bahkan sudah memperkirakan  perihal merosotnya produksi PT BSP, namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Begitupun, dia masih memberi masukan agar  CPP bisa bangkit. Dan terhadap adanya desakan masyarakat dan dorongan untuk mendapatkan blok Rokan, Nawasir Kadir bersama Timnya yang terdiri dari pakar praktisi dan pakar perguruan tinggi  menyanggupi  membantu peningkatan produksi PT BSP secara terukur dan berbiaya rendah. 

Dia mengajak manajemen PT BSP mengambil langkah-langkah solusi strategis, melakukan  inovasi-inivasi terobosan (breakthrouh innovations) teknologi advanced untuk mendapatkan  lokasi  sumur-sumur dan prospek  lapangan minyak baru Blok CPP.

Menurutnya, hanya dengan keberhasilan  terobosan inovasi teknologi advanced berbiaya rendah PT BSP dapat diselamatkan. Peningkatan produksi yang berbiaya besar seperti  teknologi  EOR dan IOR  sebagaimana yang dilakukan PT CPI  berisiko tinggi adalah pilihan semestinya harus dihindarkan. 

Demi kesinambungan blok CPP,  Nawasir Kadir menyanggupi  meningkatkan produksi melalui ikhtiar-ikhtiar teknologi inovatif  berbiaya rendah, berkisar 1-3 %  dari total budget BOBCPP pertahun dan tingkat keberhasilan sangat tinggi yakni 85%. 

 Menerapkan teknologi advanced untuk berbagai analisis, studi geologi reservoir- geofisika bawah tanah  bagi menemukan lokasi prospek dan sumur-sumur baru di bawah tanah dengan rasio keberhasilan tinggi secara struktur maupun stratigrafi. 

Tentu saja agar program perbaikan kinerja PT BSP tersebut berjalan baik, memerlukan dukungan kerjasama yang sinergi semua pihak dan wewenang memadai yang akan dibicarakan lebih teknis dengan PT BSP. Diperkirakan peningkatan produksi sudah dapat dirasakan pada tahun kedua dan seterusnya sbb: 

Tahun ke 2   tambahan produksi minyak baru  3.000 – 5.000 barel per hari

Tahun ke 4  tambahan produksi minyak baru  7.000 – 10.000 barel per hari.

Tahun ke 6  tambahan produksi minyak baru 10.000 – 15.000 barel per hari.

"Secara teratur masyarakat Riau harus memantau perbaikan kinerja PT BSP tsb dan tidak lagi membiarkan  manajemen PT BSP berjalan tanpa kontrol," kata Nawasir.

Kata Nawasir, hanya keberhasilan solusi langkah strategis berupa peningkatan produksi minyak bumi  PT BSP   dapat diselamatkan dan meningkat kinerjanya. 

" Meningkatkan produksi  tidak saja menguntungkan bagi negara dan keuangan daerah tetapi menjadi tambahan modal dan  alasan kuat  Riau meminta hak mengelola Blok Rokan yang sudah di depan mata kepada Pemerintah Pusat," pungkasnya.

Menyikapi persoalan ini, salah seorang tokoh yang ikut merebut CPP A. Z Fachry Yasin ikut prihatin. Menurut dia ada mis- manajemen di tubuh BOB CPP yang perlu dilakukan analisis menyeluruh agar didapat solusi.

"Perlu kajian mendalam untuk mengetahui apa yang menyebabkan timbulnya persoalan CPP Blok. Dengan demikian bisa dicarikan solusi nya," kata Fachry kepada sejumlah media.

Apalagi tahun 2021 mendatang, Blok Rokan di Riau yang dioperasikan PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) akan habis masa kontraknya. Blok Rokan memproduksi hampir 300.000 barel minyak bumi per hari. Dilain pihak Blok CPP (Coastal Plain and Pekanbaru Block) yang letaknya bersebelahan dengan Blok Rokan dioperasikan oleh PT Bumi Siak Pusako (PT BSP) memproduksi minyak  11.300 barel per hari akan habis kontraknya tahun 2022.

"Ini yang ingin kita atau masyarakat Riau perjuangkan mengambil alih blok Rokan. Namun kalau blok CPP saja kinerjanya tidak baik, ya gimana pusat mau melepas Blok Rokan itu," ujar Fachry Yasin. 

Dirut PT BSP, Bismantoro ketika dikonfirmasi melalui percakapan WA ke nomor 08119732xx, hingga berita ini dipublikasikan, belum membalas pesan di WA. (*/ron/drc)

 
 
Redaksi | RSS | Pedoman Media Siber Copyright © 2017 by detakriau.com. All Rights
 
 
22:52 | WARTAWAN DETAK RIAU DIBEKALI KARTU PERS DALAM PELIPUTANNYA, JIKA MENCURIGAKAN HUB 0813-655-81599 - - - -