JAKARTA (DetakRiau.com)-Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) merilis sejumlah dokumen akhir dari Gerakan Tiga Puluh September (Gestok). Dokumen-dokumen itu diungkap ke publik karena dianggap telah kedaluwarsa, merujuk pada undang-undang AS.
Meski begitu, tidak semua diungkap secara tuntas, beberapa kalimat ditutupi stabilo putih karena dianggap sensitif. Namun tidak mengurangi substansi isi dari arsip tersebut.
Sejak AS membuka kantor perwakilannya di Indonesia, Kedutaan Besar AS telah melaporkan secara berkala beberapa kejadian di Jakarta. Tidak terkecuali dengan peristiwa Gerakan Tiga Puluh September atau dikenal dengan nama Gestok.
Dalam laporan tertanggal 12 November 1965, ternyata juga memuat mengenai nasib Ketua Central Committee Partai Komunis Indonesia Dipa Nusantara Aidit, atau dikenal dengan nama DN Aidit. Laporan itu mengungkap perbedaan informasi yang diterima Kedubes AS dan militer di bawah pimpinan Mayjen Soeharto.
"Angkatan Darat mengklaim pimpinan PKI DN Aidit terjebak dalam upaya pengepungan di Jawa Tengah. Sementara pihak kedutaan sendiri meyakini Aidit sudah mereka tangkap selama dua minggu," tulis laporan tersebut, sebagaimana dilansir merdeka.com.
Meski demikian, CIA mengakui laporan terkait penahanan Aidit sendiri tersebut belum terkonfirmasi. "Belum ada konfirmasi mengenai laporan ini."
Tak ada informasi resmi bagaimana Ketua CC PKI Dipa Nusantara (DN) Aidit tewas, namun sejumlah pejabat Orde Baru menyebutkan Aidit ditangkap dan dieksekusi.
Setelah G30S gagal, Aidit langsung melarikan diri dari Jakarta. Aidit kabur ke daerah basis PKI di Yogyakarta. Aidit lalu berkeliling ke Semarang dan Solo. Dia masih sempat menemui beberapa pengurus PKI di daerah untuk melakukan koordinasi.
Dia bisa ditangkap setelah TNI lebih dulu menangkap seorang tokoh PKI. Orang itulah yang diancam dan dipaksa menunjukkan tempat persembunyian Aidit.
Tanggal 22 November 1965, Aidit ditangkap pasukan Brigade Infantri IV Kostrad di kampung dekat Stasiun Solo Balapan. Aidit bersembunyi dalam sebuah ruangan yang ditutup lemari. Tentara curiga saat melihat ada ruangan yang kelihatan tak wajar.
Aidit yang ditangkap sempat menggertak Letnan yang menggerebeknya.
"Saya Menteri Koordinator!" gertak Aidit.
Letnan itu sempat kecut. Namun dia tetap menjalankan tugasnya. Aidit diperlakukan dengan cukup baik saat ditangkap.
Kepada Komandan Brigif IV, Kolonel Jasir Hadibroto, Aidit minta dipertemukan dengan Soekarno. Aidit mengaku sudah membuat pengakuan tertulis soal G30S. Dokumen itu rencananya akan diberikan pada Soekarno.
Tapi keinginan Aidit tak pernah terpenuhi. Keesokan harinya, Jasir dan pasukannya membawa Aidit ke sebuah sumur tua di belakang markas TNI di Boyolali. Aidit berpidato berapi-api sebelum ditembak. Berondongan AK-47 mengakhiri hidup Ketua Comite Central PKI itu. (e2)
(f: merdeka.com)