JAKARTA (DetakRiau.com)-Presiden ke enam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan ada pihak-pihak yang menghalangi pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo. Padahal, SBY ingin banyak bertukar pikiran dengan Jokowi. Jokowi sendiri akan mengatur waktu pertemuan, asalkan ada permintaan dari SBY melalui prosedur resmi.
Menanggapi hal ini, Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) meminta SBY dan Jokowi saling berbesar hati. Sikap itu, kata dia, bisa mendinginkan suasana serta menumbuhkan kebersamaan satu sama lain.
"Ini dua tokoh yang tentu perlu adanya kebesaran hati, karena Pak Jokowi juga punya kebesaran hati, kita harapkan juga Pak SBY yang sudah menghembuskan demokrasi. Tentu kita harapkan ini suasana tenang, soliditas, kebersamaan, NKRI, ini harus kita tanamkan," kata Setnov di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/2), sebagaimana dilansir merdeka.com.
Setnov berharap, kedua belah pihak dapat segera bertemu dan membicarakan berbagai persoalan bangsa. Pertemuan itu tidak hanya menghasilkan solusi, tetapi memberikan nuansa baik bagi kepentingan bangsa dan negara.
"Tentu kalau ada pertemuan antara presiden dengan juga Pak Jokowi dan juga Pak SBY, saya rasa ini suatu hal yang baik untuk melihat adanya suatu kebersamaan demi kepentingan bangsa dan negara, dan juga kepentingan rakyat Indonesia supaya tidak ada masalah lagi," imbuhnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) langsung merespons beberapa isu yang menyerang dirinya. Bahkan, SBY pun mengungkapkan keinginannya untuk berbicara dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
SBY merasa dipojokkan dengan isu-isu tak sedap, mulai dari mendanai aksi damai 4 November lalu, aksi makar dan rencana mengebom istana. Dia pun disebut-sebut menunggangi aksi untuk kepentingan politik anaknya yang tengah bertarung di pemilihan gubernur DKI.
"Kalau difitnah seperti itu saya sebagai manusia biasa harus sampaikan perasaan saya. Semua itu tidak benar," katanya di DPP Demokrat, Jakarta Pusat, Rabu (1/2).
Untuk itu, SBY mengaku ingin bertemu dengan Jokowi untuk menyampaikan keluh kesahnya. Presiden ke 6 itu berkepentingan untuk meluruskan kabar-kabar tak sedap.
"Saya tidak punya kesempatan bertemu presiden kita Bapak Jokowi. Kalau bisa bertemu ingin bicara secara blak-blakan siapa yang melaporkan pada beliau, beri info intelijen yang tadi," tuturnya. (e2)
(f:merdeka.com)